Penulis: Rahmat H. Cahyono
Novel versi pdf
Sudah beberapa kali sekolah darurat itu kedatangan tamu tidak diundang. Kadang barang-barang yang sudah dirapikan menjadi berantakan. Beberapa fasilitas mengajar bahkan hilang. Beberapa orang tua mulai melarang anaknya mengikuti sekolah darurat itu. Mudah sekali isu mempengaruhi orang-orang sederhana itu. Untunglah berkat usaha Pak Item, warga di tempat itu tidak kehilangan kepercayaan kepada Romo Hadi dan kawan-kawan. Bukankah suara hati nurani tidak bisa dimanipulasi dan dibohongi?
Malam baru saja turun di kotanya ketika telepon mengejutkan itu akhirnya datang juga ke rumah Lia. Subroto terkejut melihat wajah Lia berubah pucat. Lia tampak bergegas mengambil jaket dan helm.
”Mau ke mana kamu, Nak? Sudah malam lho,” Sunarti bertanya dengan lembut. Ia bisa merasakan kegelisahan dan kesedihan di hati Lia.
Lia menjawab dengan suara bergetar, ”Mereka jadi juga menggusur tempat itu, Yang. Ipung ada di sana sekarang. Ia yang mengabari tadi lewat telepon. Sekolah kita, ahÖ.” Lia tertunduk. Suaranya hilang ditelan kesedihannya.
”Kenapa dengan sekolah itu?” tanya Subroto sambil memegang bahu Lia.
”Mereka bertindak terlalu jauh. Semestinya mereka tidak perlu mencoba membakar bangunan-bangunan di tempat itu. Kejam sekali mereka.”
ATAU
0 komentar:
Posting Komentar